Minggu, 20 November 2011

MEMUKUL SISWA, GURU DIBAWAKAN PARANG

Beberapa hari yang lalu, beredar berita tentang 7 siswa melaporkan guru-nya ke polisi. Walau mungkin tak sama persis, tapi kejadian ini mengingatkan saya dengan pengalaman seorang teman (selanjutnya disebut Pak Guru) ketika mengajar di daerah pedalaman Kalimantan Barat, penduduknya kebanyakan bersuku Dayak yang terkenal dengan kekuatan mistik-nya.

Waktu itu sekitar tahun 70-an. Daerah ini adalah tempat tugas pertama Pak Guru. Suatu tempat yang hanya bisa ditempuh dengan motor air, dengan waktu sekitar 24 jam dari Kota Kabupaten Ketapang Prov. Kalbar. Sampai sekarangpun daerah pedalaman masih terkenal dengan kekuatan mistiknya, apalagi pada tahun 70-an, bisa kita bayangkan betapa besar nyali sorang Guru untuk melaksanakan tugasnya di sana.

Singkat cerita, pada suatu hari, Pak Guru menemukan kejadian seorang siswa (dengan tubuh lebih besar) memukul lima temannya, sehingga kelima teman tsb kompak menangis. Melihat pembantaian ini, tentu Pak Guru geram, dengan semangat mudanya ia berusaha menegakkan keadialan bagi siswa yang dizalimi. Akhirnya dengan sebatang penggaris kayu, dipukulah kaki siswa yang memukul teman-temannya tsb, dengan harapan ketika siswa merasakan sakit yang sama, dikemudian hari ia tidak mudah menyakiti orang lain.

Tetapi, setelah mendapat pukulan dikakinya, siswa tersebut berlari keluar kelas. Pak Guru tentu saja terkejut, tapi juga tidak bisa mencegah, larinya begitu cepat, apalagi ia masih harus melanjutkan pelajaran.

Tidak begitu lama, kelas Pak Guru didatangi kepala sekolah dan beberapa rekan guru. Dengan nada cemas kepala sekolah bertanya, "Ape yang terjadi Pak Guru, benarkah Pak Guru memelasah (memukul) anak?".

"Benar Pak, karene die mukul temannye sampai menangis semue!" jelas Pak Guru dengan tenang karena merasa yang dilakukannya masih hal wajar.

"Aduh Pak, biak nyan (anak itu) memanggil orang tue-nye, itu orang tuenye menuju ke sekolah membawa parang panjang!" tambah kepala sekolah lebih cemas lagi.

Kebetulan lokasi sekolah terletak di tempat yang lebih tinggi dari sekitarnya, jadi mereka yang berjalan menuju ke sekolah akan terlihat dengan jelas. Dari apa yang dilihat kepala sekolah dan rekan Pak Guru, ada seorang laki-laki berjalan menuju sekolah dengan meneteng baju dipundak dan parang panjang ditangannya.

"Bapak tahu dak? Bapak biak nyan (anak itu) seorang dukun besak (besar), dia bise membunuh orang hanya dengan gerakan telunjuk tangannye!" kepala sekolah menambahkan penjelasannya.

"Mau diapekanlah pak, sudah telanjor (sudah terjadi)!" kate Pak Guru pasrah. "Tapi tolong tambahkan (temankan) menghadapinye ye..!" pinta Pak Guru.

Sampai pada akhirnya kepala sekolah dan rekan-rekan guru tidak ada yang berani menemani Pak Guru menghadapi Si Dukun tsb, mereka semua masuk ke ruangan masing-masing dengan pintu ditutup. Hanya kelas Pak Guru yang pintunya terbuka. Dalam hati Pak Guru sudah pasrah, kepada Sang pencipta ia bermohon perlindungan.

Dengan harap-harap cemas Pak Guru menanti kedatangan tamu tak diharapkan tsb di kelas. Pintu diketuk, tamu dipersilahkan masuk. Tak diduga Sang Dukun berkata dengan ramah, "Benare Pak Guru manggil saye?, saye ni ketemu anak dalam pejalanan menuju ke ladang, katenye bapak manggil saye!" baju dan parang tidak ada lagi ditangan. Rupanya parang itu dibawa bukan untuk menyerang Pak Guru tapi untuk bekerja di ladang. Hehehe..!

Setelah dijelaskan apa yang terjadi, Sang Dukun malah mengatakan "Dak ape pak, kalau die salah pelasah (pukul) jak, memang nakalam die nyan! (memang nakal anak itu!)".

Akhirnya, Sang Dukun menjadi ayah angkat Pak Guru, karena ternyata rumah yang dipinjamkan Kades kepada Pak Guru adalah rumah Si Dukun. Apa yang dibicarakan orang bahwa beliau adalah dukun besar bukanlah bualan. Pak Guru pernah membuktikannya saat pergi berburu bersama, Sang Dukun menjatuhkan elang yang sedang terbang di angkasa hanya dengan gerakan telunjuk tangannya. Bertahun-tahun bergaul, Pak Guru tidak pernah melihat Si Dukun bertindak angkuh dan semena-mena dengan ilmu yang dimilikinya. So.. jangan takut dengan orang Kalimantan... hehehe..!!! Pisss...!!!



Pesannya:
Jika ada tindakan guru yang tidak berkenan di hati siswa dan orang tua, tidak ada salahnya orang tua berkunjung ke sekolah untuk membicarakan (mengklarifikasi) hal tsb dengan bijak. Guru bukan musuh.... tetapi orang tua kedua bagi siswa dan rekan kerja orang tua.

Sangat baik jika guru mengetahui kegiatan siswa di rumah, dan orang tua mengetahui kelakuan anaknya di sekolah... jadi ada kesinambungan pendidikan di rumah dan sekolah.

Berdasarkan pengalaman, siswa akan berperilaku baik di kelas dan hormat kepada guru jika orang tua dan guru saling kenal dan menjalin hubungan baik (bersahabat), bukankah kebaikan itu menular. 
Maju Terus Pendidikan Indonesia...!!!!

Senin, 14 November 2011

MISTERI PADANG DUA BELAS

Padang Dua Belas adalah suatu tempat yang terletak 35 km dari Kota Ketapang menuju ke Kecamatan Kendawangan. Keunikan tempat ini sudah saya dengar sejak masih kanak-kanak melalui cerita orang tua dahulu. Mungkin bisa dikatakan sebagian besar masyarakat Kabupaten Ketapang mengakui akan keunikannya.

Secara kasat mata, Padang Dua Belas adalah sebuah padang luas yang ditumbuhi pohon-pohon rendah dengan pasir putih yang mempesona. Jika kita kesana pukul sebelas siang ke atas, maka pasir tersebut akan tampak berkilau sehingga diperlukan kacamata untuk menahan kilauannya. Tempat ini juga dijadikan tempat berburu rusa bagi mereka yang hobi berburu. Pohon-pohon disanapun juga sangat indah, tingginya tidak melebihi tubuh manusia.

Artikel yang ditulis diberbagai website tentang kemisteriusan Padang Dua Belas pada umumnya telah menjadi buah bibir bagi masyarakat Ketapang. Kali ini saya menuliskan cerita yang saya dengar langsung dari mereka yang mengalaminya.

Seorang teman bercerita kepada saya. Saat ia dan temannya pergi berburu rusa di Padang Dua Belas sekitar pukul sepuluh malam, tiba-tiba datang api sebesar pelita berputar cepat mengelilingi mereka yang sedang berjalan, akhirnya mereka berhenti dan duduk merokok sambil menenangkan diri baru kemudian temannya tsb berkata dengan sopan "kami berdua berani mah, dak usah ditambahkan am, balek am..!" (in indonesia: kami berdua berani, tidak perlu ditemankan, pulanglah...!) setelah itu secepat kilat api itupun menghilang.

Teman lain bercerita, saat ia pulang dari Kecamatan Kendawangan menuju Kota Ketapang, di perjalanan (Padang Dua Belas) ia bertemu dengan Bapak Alm...... (maaf sy lupa namanya, tapi akan ditanyakan lagi). Saat diajak jalan bersama (barengan), si Alm... tidak mau dan mempersilahkan teman saya tersebut berangkat duluan. Saat itu kondisi jalan antara Ketapang-Kendawangan sangat buruk masih tanah merah, maka kondisi motor yang melaluinya pasti sangat kotor. Tetapi anehnya, saat teman saya sampai di Kota Ketapang, si Alm... sudah ada di rumahnya dan motornya dalam keadaan bersih.

Teman saya yang lain menimpali cerita bapak tsb (kebetulan kami pada ngumpul di kantor nih sambil cerita-cerita), ia mengatakan bahwa ponakannya juga pernah menumpang motor Alm.... dalam pejalanan pulang menuju ke Ketapang juga, saat itu hujan sangat lebat, tapi aneh bin ajaib Alm... dan ponakan tsb tidak basah sama sekali padahal tidak menggunakan mantel atau pelindung apapun. Teman yang lain pun menambahkan bahwa benar jika si Alm... adalah manusia yang bersahabat dengan penghuni ghaib Padang Dua Belas yang sering di sebut Manusia Kebenaran atau Orang Limun.

Bicara Manusia Kebenaran, seperti namanya "manusia kebenaran" mereka tidak mengganggu manusia kecuali jika manusia yang mengganggu ketentraman mereka. Seperti yang pernah dilihat teman saya yang berburu tadi, saat ia melewati Padang Dua Belas, ada beberapa orang (etnis china) mengembalikan pohon yang mereka ambil di tempat tersebut, mungkin sebelumnya mereka tidak mengetahui atau kurang percaya kalau dipantangkan (dilarang) mengambil barang apapun baik batu, pasir dan tumbuhan dari Wilayah Padang Dua Belas.

Saat ini Kecamatan Kendawangan adalah tempat penghasil bahan tambang seperti bauksit dan timah hitam di Kabupaten Ketapang. Banyak perusahanan yang sudah melakukan eksplorasi disana seperti yang terbesar PT. Harita. Padang Dua Belas masih termasuk wilayah Kecamatan Kendawangan, konon katanya beberapa perusahaan sudah melakukan ekspedisi untuk dapat mengeksplorasi bahan tambang yang terkandung di dalamnya namun masih belum berhasil. Bisa jadi hal ini ada hubungannya dengan kemisteriusan yang disampaikan di atas.

Manusia Kebenaran tidak pernah terdengar mengganggu manusia, bahkan sebaliknya banyak cerita yang mengatakan bahwa mereka menolong manusia yang sedang kesusahan dalam perjalanannya. Saya berharap, para pengusaha dan penguasa tidak terlalu serakah mengeksplorasi negeri ini: Kota Kayong. Dan Semoga Allah selalu melindungi Manusia Kebenaran dari keserakahan penguasa dan pengusaha yang tidak peduli kelestarian lingkungan apalagi terhadap makhluk ghaib (Manusia Kebenaran/Orang Limun).