Bulan Safar diyakini sebagai bulan naas dan sial, bagi sebaagian masyarakat Indonesia dibeberapa daerah. Sang Pencipta dipercayai
menurunkan berbagai malapetaka pada bulan Safar. Oleh sebab itu, masyarakat
yang meyakininya akan menggelar ritual khusus agar terhindar dari marabahaya. Mungkin ini yang sekarang menjadi motivasi utama bagi rakyat Kabupaten Ketapang menggelar ritual robok-robok setiap akhir bulan Safar, mengharap keselamatan.
Tidak semua masyarakat Ketapang menggelar ritual ini. Orang tua saya tidak melakukannya. Saya sendiri baru mengetahuinya saat menjadi guru di Celincing Kecamatan Benua Kayong sekitar tahun 2005. Waktu itu saya hendak pergi mengajar, diperjalanan melihat orang-orang makan ditanah terbuka, saya pikir mereka sedang membaca doa selamat sebagai langkah awal mendirikan rumah ditanah tersebut. Sesampai di sekolah, kawan-kawan menghidangkan "ketupat colet" katanya untuk memperingati robok-robok. Itulah awal bagi saya mengenal robok-robok, tapi hanya sekedar tahu bahwa robok-robok dimulai dengan membaca doa selamat mengharap keselamatan, dilanjutkan makan bersama diluar
rumah. Menu utamanya "ketupat colet", yaitu ketupat beserta lauk
pauknya.
Robok-robok di Kecamatan Benua Kayong
Tahun 2015, ritual robok-robok jatuh pada hari Rabu tanggal 09-12-2015. Bertepatan dengan pilkada Kabupaten Ketapang. Menurut saya khimah lain dari ritul ini adalah bisa sarapan bersama tetangga minimal satu tahun sekali, untuk semakin mempererat kebersamaan dan kerukunan bertetangga.
Sebagai penambah pengetahuan kita, ada baiknya saya tulis juga sejarah robok-robok di Kalimantan Barat yang diambil dari sebuah blog.
Awal diperingatinya Robok-robok bermula dengan kedatangan rombongan Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba yang
merupakan cucu Panembahan Mempawah kala itu yakni, Panembahan Senggaok yang
merupakan keturunan Raja Patih Gumantar dari Kerajaan Bangkule Rajang Mempawah
pada tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi.
Masuknya Opu Daeng Manambon dan istrinya Putri
Kesumba ke Mempawah, bermaksud menerima kekuasaan dari Panembahan Putri Cermin
kepada Putri Kesumba yang bergelar Ratu Agung Sinuhun bersama suaminya, Opu
Daeng Manambon yang selanjutnya bergelar Pangeran Mas Surya Negara sebagai
pejabat raja dalam Kerajaan Bangkule Rajang.
Robo-robo di Mempawah Kalimantan Barat
Berlayarnya Opu Daeng Manambon dari Kerajaan
Matan Sukadana (Kabupaten Ketapang) diiringi sekitar 40 perahu. Saat masuk di
Muara Kuala Mempawah, rombongan disambut dengan suka cita oleh masyarakat
Mempawah. Penyambutan itu dilakukan dengan memasang berbagai kertas dan kain
warna warni di rumah-rumah penduduk yang berada di pinggir sungai. Bahkan,
beberapa warga pun menyongsong masuknya Opu Daeng Manambon ke Sungai Mempawah
dengan menggunakan sampan.
Terharu karena melihat
sambutan rakyat Mempawah yang cukup meriah, Opu Daeng Manambon pun memberikan
bekal makanannya kepada warga yang berada di pinggir sungai untuk dapat
dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepatan dengan hari Minggu
terakhir bulan Syafar, lantas rombongan tersebut menyempatkan diri turun di
Kuala Mempawah. Selanjutnya Opu Daeng Manambon yang merupakan keturunan dari
Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, berdoa bersama dengan warga yang menyambutnya,
mohon keselamatan kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan petaka. Usai
melakukan doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Prosesi itulah yang
kemudian dijadikan sebagai awal digelarnya hari Robo-robo, yang saban tahun
rutin dilakukan warga Mempawah, dengan melakukan makan di luar rumah bersama
sanak saudara dan tetangga.
Sumber:
http://www.pontianak.web.id/pontianak/sejarah-robo-robo.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Robo-robo
https://id.wikipedia.org/wiki/Robo-robo