TEMAN
KECILKU
Sekitar bulan Oktober
1997 untuk pertama kali aku menginjakkan kaki di Dusun Sedahan Kecamatan Sukadana
Kabupaten Ketapang namanya pada saat itu. Namun sekarang Sedahan sudah menjadi
bagian dari Kabupaten Kayong Utara (KKU). Diantar oleh ibu dan datok (kakek) Sungai
Bakau kami melihat tempat ku bertugas sebagi guru untuk pertama kali. Datok ini
bukan datok dari ibu maupun bapak ku. Beliau adalah orang tua angkat ibuku saat
pertama kali bertugas menjadi guru di Desa Sungai Bakau, makanya anak-anak
ibuku menyebutnya dengan sebutan datok sungai bakau dan kami cukup dekat dengan
beliau.
Hal pertama yang dilakukan
adalah mencari tempat tinggal, rumah sementara atau selama bertugas. Karena itulah
kami memerlukan datok untuk menemani. Beliau memiliki keluarga jauh di daerah
ini, sementara orang tua ku tak memiliki kenalan apalagi keluarga disini. Singkat
cerita, aku menumpang disebuah rumah di Dusun Munting yaitu sebuah dusun sebelum
Dusun Sedahan. Seminggu disana. Aku pindah ke rumah guru sekolah (RGS) yang
sudah ku perbaiki.
Oh..ya, tempat tugasku
di SD Negeri 14 Sedahan namanya saat itu. Sekolah itu memiliki halaman depan yang
sangat luas sekitar 80-100 meter dari jalan beraspal. Luasnya halaman ini membuat
sekolah dan dua RGS yang ada menjadi terpisah agak kebelakang jauh dari rumah
penduduk. (Banguan RGS dan sekolah membentuk huruf U, jika dipandang dari depan
maka RGS berada diposisi kiri). Di belakang sekolah terdapat bukit dengan
pohonnya yang besar, terkesan menyeramkan bagiku. Aku yang pada dasarnya
memiliki sifat penakut terhadap makhluk gaib (hantu) tak akan berani jika harus
tidur sendiri.
Sore hari saat kepindahanku,
datang seorang anak laki-laki yang duduk di kelas 3 SD, orang tuanya adalah
salah satu tentangga baru ku. Sejak sore itu ia selalu menjadi temanku, padahal
ia anak tunggal di keluarganya tetapi ia lebih memilih menemani ku bersama
teman-tamannya.
Seperti yang ku bilang.
Aku ini penakut. Aku tak bisa tidur sendiri. Jadi, aku tetap mencari anak
perempuan untuk menemani ku tidur di kamar. Akhirnya rumah ramai dengan
anak-anak, yang perempuan bisa dua atau tiga orang tidur bersama dikamarku,
sedang yang laki-laki tidur di kamar sebelah.
Sedahan itu indah. Terdapat
bukit dengan hutannya yang cukup rindang dilengkapi aliran air dan batuan besar
di dalamnya. Sawah yang menghijau diantara bukit dan pegunungan. Terdapat juga
perkampungan Bali dengan pura besar dan budaya hindu yang kental. Lebih jauh ke
dalam, akan ditemukan pemandangan gunung palung yang terkenal dengan keaneka
ragaman tumbuhannya. Beberapa tempat yang belum ku kunjungi diantaranya bukit lubuk
baji dan bukit panah bulan.
Jarak Sedahan dan rumah
orang tuaku di Kota Ketapang sekirar 190 km. Awalnya aku pulang seminggu sekali
menggunakan bis penumpang . Tapi lama kelamaan pulangnya jadi dua minggu
sekali. Jika hari minggu di Sedahan, waktu ku isi dengan berjalan bersama
teman-teman kecil skaligus muridku ini. Kami pergi ke bukit di belakang sekolah
untuk menikmati aliran air dan duduk dibebatuan. Di waktu lain kami bersepeda pergi
ke bukit menikmati air terjun, atau sekedar duduk di batu besar di pinggir
jalan sambil memandang gunung palung yang berdiri gagah. Pergi memancing ke
sungai di sekitar sawah dengan angin bertiup
lembut malah mmembuat mataku mengantuk lalu beristirahat di pondok petani.
Dunia anak-anak itu
selalu bahagia. Tidak ada beban masalah bagi mereka. Kebahagian mereka sederhana,
bawakan snak senilai sepuluh sampai dua puluh ribu untuk piknik sudah membuat mereka
senang dan bersemangat. Mungkin inilah yang membuat ku selalu senang bersama
mereka. Mereka tidak merepotkan. Anak-anak desa itu mandiri, mereka biasa
mengurus diri sendiri dikala orang tuanya harus ke sawah maupun ke hutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Aku sangat ingat
pengalaman pertama kehutan bersama mereka untuk mencari rebung (bambu muda) di
bukit belakang sekolah. Sesampai di hutan bambu, mataku memandang ke atas
puncak bambu. Melihatku mencari-cari ke atas, seorang teman kecil ku bertanya :
“apa yang ibu cari?”. Langsung saja aku menjawab “mencari rebung”. Mendengar jawabanku
mereka semua tertawa. Salah satu diantara mereka mengatakan bahwa “ibu, rebung
adanya di bawah”. Aku hanya bisa ikut tertawa. Aku terperngaruh dengan
pengalaman masa kecil saat melihat orang mengambil umbut kelapa dengan cara
menebang pohon kelapa. Aku melupakan materi pelajaran IPA kelas IV SD tentang cara
berkembang biak makhluk hidup. Ternyata, ada saatnya murid lebih pintar dari
guru.
Buat
teman kecil ku: Indrayadi, Salawati, Parina, Supianto, Alm. Linda, Ina, Agus,
Mansyur, dll, terima kasih telah
menemani ibu selama kurang lebih lima tahun. Kalianlah yang membuat ibu betah
tinggal di Sedahan. Mengingat kalian ada rasa rahu dihati, karena tidak bisa
membalas semua kebaikan. Sekali lagi terima kasih.