Senin, 07 Maret 2011

ELANG DAN KALKUN


Konon di satu saat yang telah lama berlalu. Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.

Suatu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, "Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!".

Elang membalas, "Kedengarannya ide yang bagus".

Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat seekor sapi.

Sapi ini tengah sibuk makan jagung, namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, "Selamat datang, silahkan cicipi jagung manis ini".



Ajakan itu membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan dengan mudahnya.

Elang bertanya, "Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu untuk kami?".

Sapi menjawab, "Oh, kami punya banyak makanan di sini. Tuan Petani memberikan untuk kami apapun yang kami inginkan".




Dengan undangan itu Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.

Sapi menjawab, "Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan".

Kalkun tambah bingung "Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?".

Sapi menjawab, "Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal".

Elang dan Kalkun menjadi syok berat. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Sedangkan mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.



Ketika datang waktu untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini.

Kalkun berkata kepada Elang. "Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang di sana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah kita bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup".



Elang juga goyah dengan pengalaman ini, "Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa imbalan. Disamping itu, saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas, dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah telalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan yang menarik".



Akhirnya Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan.

Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya bagitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup.

Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.



Semua berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia tumbuh menjadi burung yang gemuk dan malas.

Namun, suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari Raya akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk minggat dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, Si Elang.



Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Raya, keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.

Hikmah:
Ketika kita menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, kita mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan kita.
Dan kita akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada kesempatan lagi...........

3 komentar:

  1. Esensi dari tokoh kalkun,ia tdk mengolah pikiran/otak,ia berpandangan bekerja utk hidup,benar ia sukses tapi tdk mempunyai makna bahkan rasa,ia terjerusmus ke dlm lubang yg ia gali sendiri,elang hidup untuk bekerja ia sukses,
    telah menularkan ilmu yg berguna & bermakna yg di butuhkan pada generasi-generasinya,"how human think & decision"ia selalu dikelilingi oleh bunga hingga ke pusaranya.

    BalasHapus
  2. kerja adalah kehormatan.
    memiliki pekerjaan menumbuhkan harga diri.

    bekerja bukan hanya untuk uang.
    tapi bekerja adalah ibadah.

    terima kasih pak wotter!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  3. seems very good ?,bu..gmana menu istimewanya hari ini? kalkun itu.lezat ya ? jangan pelit sisakan buat aku makan malam yah ha.ha.hah,tks.
    aku mau komen,"apa yg paling penting adalah bagaimana anda melihat dari anda"tapi tidak hari ini,maklum ada PR.

    BalasHapus